Jumat, 07 September 2012

My Happy Ending


Masih kulihat wajah itu, mata yang terlihat memerah dan sembab karena terus-terusan menangis dua hari ini.
dengan pasti ku tatap baik-baik, kulit kuning langsatnya, rambut panjang hitam pekat dengan sangat lurus tergerai berantakan.
wajah yang biasanya begitu cantik menghangatkan setiap sudut cermin, kini berubah menjadi wajah yang penuh dengan keputus asaan.
sudah hampir seharian aku duduk terpaku didepan cermin, dengan sesekali menitihkan air mata ketika kembali teringat kejadian dua hari yang lalu, hari dimana aku memergokinya berjalan, bergandengan tangan dengan begitu mesra bersama wanita lain, wanita cantik, bertubuh padat, tinggi dan berkulit putih, dengan rambut ikal yang dikuncir ke samping.
aku sangat terkejut ketika itu, perasaanku luluh lantah dengan seketika, hubungan yang telah kami jalin indah selama lima tahun dia hancurkan dengan begitu mudahnya bak membalikkan telapak tangan, tanpa beban, tanpa sedikit pun wajah penyesalan dia ucapkan kata putus tepat didepanku dan didepan wanita itu, jahat sekali...
dan aku hanya bisa menangis dan pasrah saat melihatnya pergi bersama wanita itu meninggalkanku sendirian yang begitu hancur kala itu, aku menangis sejadi-jadnya di tempat umum yang sangat ramai tanpa memperdulikan banyaknya orang yang lalu lalang dan terus menatapku dengan aneh, seakan bertanya-tanya "kenapa dia?" "siapa yang telah membuatnya menangis?" karena aku hanya sendiri setelah mereka berdua beranjak pergi meninggalkanku, bersamaan dengan semua tangisku yang terus mengalir deras dan seakan begitu enggan berhenti, tidak lama datanglah soffi teman kuliah ku, tadinya soffi hendak membeli sepatu untuk mamanya saat itu, namun soffi terkejut ketika melihatku terduduk lemas didepan mall sambil menangis, dan soffi pun berlari menghampiriku.
                "helena..!!" dengan begitu hawatir soffi  menghampiri dan langsung membangunkan tubuhku "elo kenapa na?? yuk ikut gue" soffi menuntunku yang begitu lemas dan tidak mampu untuk beranjak kemanapun dan kemudian membawaku masuk ke dalam mobilnya.
                "na.. lo kenapa?" tanya soffi dengan raut wajah cemasnya "nih lo minum dulu ya.." soffi memberikan sebotol air mineral.
                "helena..." soffi memanggilku dengan lembut, namun aku masih dengan air mata yang terus saja mengalir, soffi menyandarkan kepalaku di atas pundaknya dan menggenggam erat kedua tanganku seakan dia begitu tahu betapa terpuruknya aku saat itu, "mungkin saat ini elo belum siap buat cerita apa-apa ke gue, yaudah gak apa apa sekarang elo puas-puasin dulu deh nangisnya, keluarin semua air mata lo, mau teriak juga silahkan, abis itu nanti gue anterin elo pulang ya... sampe di rumah elo harus istirahat, gak boleh nangis lagi, ya na..? okhey?" kata soffi dengan menghapus air mata ku yang masih dengan derasnya mengalir.
                                          ***

                setelah satu minggu aku bolos, ku putuskan untuk kembali masuk kuliah dan mengejar semua materi-materi yang tertinggal, berbeda dengan biasanya, biasanya sesampainya dikampus aku langsung berlari kesana kemari untuk mencari soffi dan desvi teman baikku di kampus, dan kemudian bercerita dengan asyiknya membicarakan hal-hal yang lucu atau hanya sekedar saling lempar ledekan dan membuat kegaduhan sesaat karena candaan-candaan kami, tapi kini yang aku lakukan hanyalah duduk terdiam dengan pandangan kosong sambil menangis, lalu dengan cepat ku hapus semua air mataku ketika ku lihat temanku desvi datang dan berlari menghampiriku.
                "heyyy heyy.... ada miss helena rupanya" desvi datang dan langsung merangkul pundakku "kemana elo seminggu ini na? kok gak pernah masuk? telphon gue juga di riject mulu?" kata desvi dengan memasang muka sedikit cemberut, tidak lama datanglah soffi yang langsung duduk di sampingku
                "udah masuk na? elo udah baikan? Udah gak sedih lagi kan na?" tanya soffi hawatir
                "hah? sedih? sedih kenapa lo na? kok gak ada yang cerita sama gue kalo lena lagi sedih? elo juga soff.."protes desvi
                "hehe maaf des, gue takut lena marah kalo gue cerita-cerita sama orang, peace.."soffi mencoba membela diri dengan cengiran dan lipatan ketiga jarinya dan membentuk huruf V"
                "tapi gue kan temennya juga, ah parah lo soff" desvi menjawab dengan raut muka sangat kesal
                "udah-udah,, kalian ini tiap hari kerjaannya ribut mulu deh, udah dong… gue gak apa apa kok" jawabku dengan berpura-pura tetap tenang seakan tidak terjadi apa-apa
                "masa sih? tuh mata lo masih aja bengkak" jawab soffi saat melihat wajahku setelah dari tadi hanya menunduk
                "eh.. iyaa tuh.. ayo dong cerita-cerita sama kita na, ada apa sih? jangan dipendem sendiri donk, biar terasa hilang beban lo walau cuma sedikit" desvi mencoba membujuk, dan ku fikir ada benarnya juga
                "gue putus sama doni.." tak terasa mengalir lagi air mataku yang sejak tadi telah berhasil ku bendung
                “hah? doni pacar lo itu kan? Bukannya kalian pacaran udah lama banget ya na? kok bisa sih? Kenapa na? dia gak sayang lagi sama lo? atau gimana sih?”desvi terkejut dan langsung merangkul pundak ku sambil terus-terusan bertanya dan menungguku untuk melanjutkan cerita
                “elo kalo nanya bisa satu-satu gak sih?” tambah soffi dengan sedikit kesal, dan desvi hanya menjawab dengan tatapan tidak perdulinya
                “dia selingkuh… kemarin waktu gue mau ke mall deket kampus, gue mergokin dia, lagi ngegandeng cewe lain, dan waktu gue tegor dia, dan minta kejelasan, dia malah mutusin gue di depan cewe itu..” dengan air mataku yang terus mengalir ku lanjutkan cerita “rasanya kayak ngebunuh gue dengan seketika tau gak…?”
                “ dasar cowo brengsekk..!!” desvi geram dan langsung menendang kursi yang ada di depannya sampai terpental jauh dan menghasilkan suara yang begitu keras yang membuat teman-teman dikelas kami terkejut dan kesal karena ulahnya.
                “desvii……. “ kata soffi dengan raut muka kesalnya yang langsung mengembalikan kursi itu pada posisi semula “ya ampun na.. udah udah.. cowo kayak gitu gak pantes elo tangisin, elo itu cantik, baik, pinter pula, Cuma cowo tolol kaya doni aja yang dengan bodonya mau ngelepasin elo, masih banyak cowo-cowo yang lain yang jauh lebih baik kok dari pada dia na.” dengan nasehatnya soffi kembali untuk duduk disampingku dan langsung memelukku dengan harapan agar aku merasa lebih baik, aku hanya mengangguk dan langsung menghapus semua air mataku lagi ketika kulihat pak anton dosen mata kuliah kami pagi ini telah tiba dan langsung memasuki kelas.

Setelah semua kejadian itu aku sedikit berubah, lebih sering berdiam diri, dan menjadi lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca, karena akan sedikit membuatku melupakan semua rasa sakitku.
sepulang kuliah aku selalu pergi ke perpustakaan kota yang tidak jauh dari kampus,
sore itu aku hendak mencari novel tentang cinta yang selama ini memang sangat aku sukai, dan ketika aku hendak mengambil salah satu novel yang tertata dan tertumpuk rapi tanpa sengaja ku jatuhkan semua novel-novel tsb, dan membuat kegaduhan serta menarik perhatian seluruh pengunjung perpustakaan,
                “emm.. ma.. maaf saya gak sengaja ngejatuhinnya” dengan muka bersalah dan sedikit cengiran aku meminta maaf pada mereka dan langsung kembali merapikan novel-ovel tsb,
tidak lama datanglah seorang laki-laki berbaik hati hendak membantuku merapikan kembali novel-novel yang telah kubuat berjatuhan dilantai itu.
                “gue bantu ya..” ucap dia dengan nada lembut nan ramah
                “iya.. “ kataku dengan sedikit senyuman, tapi laki-laki itu malah menatapku dengan tatapan anehnya “kenapa?” ada yang salah?” tanya ku
                “elo….. helena ya?” tanya dia dengan heran dan sedikit tersenyum
                “iya… kok tahu? emang Kita kenal?”
                “haha.. thx god” kata dia dengan raut wajah sangat gembira “gue radit.. inget gak? Dulu kita kan satu SMA, satu kelas malah, tapi pas pertengahan kelas dua gue disuruh orang tua gue untuk pindah ke melbourne, dan tahun ini gue mutusin buat pindah kuliah ke indonesia. Elo inget gue kan na?” ucap radit dengan tersenyum
                “ohh.. iya iya gue inget, yang jadi idola cewe-cewe satu sekolah itu kan?” “Hahaha” kami tertawa berasama
                “hemm… pantesan aja gue gak ngenalin, sekarang jauh lebih ganteng sih”
                “bisa aja lo” radit menjawab dengan raut malunya
setelah pertemuan itu kami menjadi lebih dekat, radit sering main kerumah, sering antar jemput kuliah, dan kami lebih sering bersama. bagai penghapus permanen radit dengan mudah menghapuskan semua luka-luka ku yang aku fikir tidak akan pernah menghilang dari benak dan fikiranku itu untuk selamanya.
                                    ***

“hey ditt… udah lama ya nunggu nya? Maaf ya tadi gue abis balikin buku-buku dulu diperpus sambil sekalian ke toilet” ucapku kepada radit yang saat itu sedang menunggu untuk menjemputku sepulang kuliah yang sedang berdiri didepan mobil mewahnya dan telah sibuk melihati jam tangannya sedari tadi.
                “ohh gituh, yaudah… gak apa apa kok, yuk jalan sekarang” radit langsung membukakan pintu mobilnya untukku dan langsung mengajakku makan di restoran hotel berbintang yang juga sangat mewah dan berkelas.
                “loh ditt.. ngapain kita makan disini? Kalo cuma makan aja sih mending ke caffe biasa aja”ucapku karena sedikit kurang nyaman
                “gak apa apa na,, gue punya kejutan buat lo… silahkan duduk my princess…” radit mempersilahkan ku untuk duduk dengan menarikkan sebuah kursi yang sepertinya telah ia pesan
                “kejutan apa? “ aku begitu penasaran
                “kita makan dulu aja ya?”
                “ohh okeh” ku jawab dengan raut wajah masih sangat penasaran
ahirnya kami berdua selsai dengan semua makanan kami, radit pun telah membayar semua tagihannya.
sejauh ini masih belum ada yang aneh, aku terus menoleh kesana kemari mencari tahu kejutan apa yang sebenarnya telah radit persiapkan untukku, ulang tahunku sudah lewat tiga bulan yang lalu, “hemm…. Yasudah lah, “
kami berdiri hendak pulang dan meninggalkan resto, namun ketika aku membalikkan badan aku sangat terkejut ketika melihat beberapa orang di belakangku dengan dandanan modis ala selir-selir kerajaan, yang kemudian salah satu dari mereka mendekat dan menghampiriiku, untuk kemudian meletakkan mahkota yang sangat cantik dikepalaku dan memberikan kotak berwarna merah yang tampak begitu indah dan mewah kepada radit,
                “apa maksudnya ini?” tanyaku kepada radit dengan sangat terkejut dan heran
                “helena…….. gue mau bilang kalo….. Gue suka sama lo, bukan sejak pertemuan kita sebulan yang lalu, tapi dari dulu sejak kita SMA, dan gue gak cukup gentle buat ngungkapin semua ini ke elo dulu, dan selama gue di melbourne yang gue inget dan gue fikirin Cuma elo dan selalu elo, dan kini gue betul-betul bersyukur tuhan udah mempertemukan kita lagi, dan membuat gue lebih mengenal elo kayak sekarang ini, gue sayang na sama lo, elo mau gak…? jadi pacar, sekaligus tunangan gue?” dengan tenang radit mengungkapkan semuanya, jantungku seakan hampir copot, aku benar-benar terkejut, laki-laki se-perfect radit bisa suka sama aku dan memintaku untuk menjadi tunangannya, tanpa berfikir panjang aku pun mengangguk dengan senyuman bahagia, karena aku juga sangat menyukainya sejak dulu, bukan karena dia tampan dan kaya melainkan karena kepribadian dan sifatnya yang begitu baik menurutku, dan kemudian ditutup dengan melingkarkan dua cincin berlian yang telah radit persiapkan di kotak berwarna merah tadi di jari kami.
dan semua orang yang ada di restoran itu pun turut menyaksikannya dan kemudian bersorak sambil bertepuk tangan,, betapa bahagianya aku saat itu.
Setelah semua kejutan yang radit berikan kepadaku kami pun beranjak untuk pulang, tapi sejenak langkah kami terhenti ketika tiba-tiba datang seorang wanita menghampiri kami, wanita yang wajahnya paling aku ingat dan hampir selalu menghantui hidupku selama ini, sebelum radit datang dan menghapus semuanya, benar…. Dia adalah wanita yang telah menghancurkan hubunganku dengan doni, dia menghampiri kami dan langsung merangkul tangan radit dengan paksa tanpa memperdulikan doni yang ada dibelakangnya, yang saat itu mulai terkejut melihat kelakuannya.
                “sayang… ahirnya kamu dateng buat nyusulin aku” dengan wajah manjanya dia memeluk radit, aku sangat terkejut, namun tidak mampu melakukan apapun, akankah dia merebut semuanya dariku untuk kedua kalinya? .fikirku dalam hati.
                “lepasin gue…!!”dengan kerasnya radit mendorong tubuh wanita itu sampai hampir terjatuh “Inget… Kita udah putus!! dan gue udah gak ada rasa apa-apa lagi ke elo, tepatnya gak pernah ada rasa apapun ke elo dari dulu… apalagi ketika gue lihat elo selingkuh,, cuihhh…
dan kenalin,, ini pacar gue, namanya helena dan kami udah tunangan” radit menggenggam tanganku dengan lembut dan menunjukkan cincin tunangan kami kepada wanita itu.
                “apa? Cewe ini dit?” dengan sangat terkejut mendengar kalimat yang baru saja radit katakan juga melihat aku dan radit telah bertunangan, AKU… wanita yang telah ia buat menderita sebelumnya. wanita itu menangis tersedu-sedu dan melihatku dengan tatapan kebenciannya, dan aku merasa sangat bahagia melihat semua ini, semua menjadi sangat adil kini.
                “jadi kamu anggep apa aku selama ini shilla? apa aku Cuma pelarian kamu aja??”bentak doni tidak terima kepada wanita yang ternyata bernama shilla itu
                “iyaa.. kenapa emang? Gak suka? Gak terima? pergi aja sana lo kalo gak suka…!!” dengan begitu kasar dan amarahnya shilla membentak doni dan berlari meninggalkan kami, doni pun menyusulnya dan sempat menatapku sesaat dengan tatapan sangat malu dan aku masih dengan senyuman kebahagiaan ku.
 

aku tersenyum manis kepada radit yang langsung membalas senyumanku, dan aku langsung memeluknya dengan pelukan hangat dan penuh cinta.
dan inilah kisah ahir bahagia ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Get Gifs at CodemySpace.com