Senin, 15 Oktober 2012

one las breath


dengan perasaan marah sambil berulang-ulang kembali ku tengok ke arah jam yang melingkar di tangan,
sudah tiga jam aku menunggu berdiri di depan pintu minimarket menunggu kedatangan doni pacar ku,
entah apa yang membuatnya seperti ini, dia semakin berbeda ahir-ahir ini.
tidak tahu kenapa tiba-tiba dengan begitu paniknya doni meninggalkanku dengan terburu-buru, dia bilang hanya tertinggal sesuatu yg penting di rumah, dia hanya hendak kebali kerumahnya untuk mengambilnya sebentar dan dia berjanji akan cepat kembali lagi menemuiku di depan minimarket, tapi batang hidungnya saja tidak terlihat sampai sekarang.
dengan perasaan yang begitu kesal aku putuskan untuk pulang sendiri dan naik taksi,
aku merasa sangat diabaikan ku lepaskan semua amarahku, aku menangis didalam taksi yang aku naiki.
tidak lama terdengar lah bunyi ringtone handphon ku
                "haloo?" jawabku
                "sayang, maafin aku yaa.... barusan mama aku tiba-tiba sakit dan aku harus cepet-cepet anterin beliau ke rumah sakit, kamu sekarang dimana? udah pulang apa masih diminimarket?
tanpa sepatah katapun, aku tutup telphon dan langsung menon-aktifkan handphon ku,
sesampainya dirumah kulihat doni sedang menungguku didepan rumah,
tanpa ku tatap wajahnya langsung aku beranjak masuk kedalam rumah, tapi doni langsung menarik tanganku dan mengajakku untuk berbicara diluar agar tidak terdengar oleh keluarga kalau kami sedang bertengkar,
“apa-apaan si kamu? Lepasin….!!” Ku hempaskan tangan doni”
“kamu kenapa sih yang? Kenapa jadi semarah ini?”
“kamu tanya aku kenapa? Kamu tuh yang kenapa ninggalin aku sendirian luntang-lantung tiga jam nungguin kamu di depan minimarket, tega kamu ya don..!!”
“aku kan udah minta maaf sayang…. Aku tadi abis..”
“abis apa hah? Selalu aja make alesan yang sama… aku mulai gak percaya sama kamu don sekarang, apa kamu punya cewe lagi selain aku ? iya?” tanpa sadar aku meneteskan air mata yang dari tadi memang telah dengan mudahnya mengalir
      “hah? Kamu ngomong apaan si yang? Ya engga lah.. kok kamu bisa menyimpulkan begitu?” dengan sedikit gugup dan terbatah-batah doni menjawab
      “kalo kamu gak ngaku mending kita putus..”
      “apa?? Yang ,, kamu apa-apan sih? Enggak kok yang, tu Cuma perasaan kamu aja, aku sayangnya ya Cuma sama kamu selly” doni menggengam kedua tanganku dan ditatapnya kedua mataku dalam.
      “okeh…sekarang lebih baik kita putus aja” dengan mencoba kuat aku mengatakan kalimat itu dan membuang genggaman tangan doni dan beranjak pergi
      “selly…. Selly oke aku ngaku, aku punya pacar selain kamu,”
      “dengan perasaan kaget dan hati yang sangat hancur ku hentikan langkah ku, aku mencoba untuk menguatkan kakiku untuk tetap berdiri, seakan tidak kuat lagi menopang tubuh ini,”
doni datang menghampiriku dari belakang dan memelukku erat “aku sayang banget sama kamu selly, tapi aku gak bisa buat ninggalin resa” aku hanya terdiam terpaku, mulutku terkunci rapat, air mataku dengan derasnya tetap mengalir, dan ku coba untuk berbicara, walau terbatah-batah
     “ke kenapa kamu gak bisa buat ni ninggalin cewe itu don?” ku tanya doni dengan perasaan yang tersayat-sayat
     “aku lebih dulu pacaran sama dia, lima bulan sebelum sama kamu, tapi sekarang dia buta, ceritanya panjang, semua karena aku, aku yang nyebabin dia seperti sekarang, aku gak bisa buat lari dari tanggung jawab ini sell,
     “terus aku?” aku membalikkan badan dan kami pun berhadap-hadapan
     “aku gak tau sell, aku sayang sama kamu” dikecupnya kening dan pipiku dengan lembut “tapi mungkin semua memang harus sampai sini aja sayang, mungkn aku memang bukan yang terbaik buat kamu, maafin aku,” dengan kata-kata yang seakan menyayat hati doni pun meneteskan air mata dan kami berpelukkan begitu lama sebelum ahirnya doni pergi meninggalkanku dengan segala luka ini.
Aku terus berfikir, duduk menyendiri disudut kamar dengan sesekali menangis, sampai mataku terlihat sangat menakutkan karena mulai memerah dan bengkak, entah telah berapa lama aku menangis tanpa memperdulikan berapa puluh kali suara ketukan pintu kamar yang samar-samar aku dengar.
semakin hari tubuhku semakin melemah, kangker ganas yang telah mencapai stadium ahir yang telah lama aku derita seakan dengan mudahnya semakin menggerogoti ketahanan tubuhku yang dibuatnya menjadi semakin melemah dan semakin tak berdaya.
Aku putuskan untuk menulis wasiat ini, aku merasa hidupku memang sudah tidak akan lama lagi, dan sepertinya tuhan pun beranggapan sama, dia ingin cepat-cepat mengajakku turut serta ke alam damainya tanpa bayang-bayang kesakitan hati ini,
    “dear doni….
don.. aku sekarat, aku menderita kangker otak dan sudah stadium ahir, mungkin kamu tidak tahu, karena aku pun tidak pernah menceritaka kepadamu, tapi rasa sayang dan cintaku masih seutuhnya untuk kamu, aku ingin , walaupun jasadku telah membujur kaku di tempat peristirahatanku nanti, aku masih tetap bisa melihatmu, memandangmu disaat aku pertama kali membuka mata dikala pagi, dan kamu yang akan menjadi orang terahir yang akan aku lihat sebelum aku tertidur
Cuma satu permintaan ku, dan aku berharap kamu mampu untuk mengabulkannya,
aku ingin mendonorkan mataku untuk resa, agar semua impianku mampu untuk terwujudkan.
aku sayang kamu doni, always… forever n ever
love selly”.
    


                
Get Gifs at CodemySpace.com