Jumat, 31 Agustus 2012

BF or BF (boy friend or best friend)?


dari sudut taman ku lihat banyak orang lalu lalang untuk berolah raga pagi ini, kulihat jam yang melingkar di tanganku telah menunjukkan pukul 09.00 , tak terasa sudah dua jam aku menunggu duduk di bangku di sudut taman yang tidak begitu jauh dari rumahku.
dari kejauhan ku lihat seseorang dengan lari yang terengah-engah tersenyum kepadaku dan mencoba menghampiriku. sejenak menghela untuk mengambil nafas, terlihat raut wajah begitu kelelahan karena berlari, dengan keringat yang bercucuran.
                "ray... maaf yah gue telat kesininya, tadi sempat ada gangguan sedikit waktu gue mau datang kesini. elo udah nunggu berapa lama?"
                "gapapa kok sar"... aku sodorkan air mineral untuk sarah "sekitar dua jam , yuk lari lagi" ku tinggalkan sarah yang sedang menenggak air mineral aku berikan dan mulai mengejar langkah ku"
seperti biasa di minggu pagi aku dan sarah selalu memulai pagi dengan berlari berolah raga untuk sekedar menyegarkan badan dan membuang setres,
sarah adalah sahabat ku sejak SMA.
tiba-tiba sarah menghentikan langkahnya dan menepuk pudak ku dan mengajakku berhenti sejenak     "raya.. elo inget gak sama cowo yang dulu pernah gue ceritain ke elo?"
                "cowo? siapa?""
                "itu loh,, cowo yang gue suka sejak SMP, cinta pertama gue, yang namanya marcho, masa elo lupa sih?"
                "ohhh... itu"
                "inget?"
                "enggak... hahahaha “
                "ah elo.. " kesal
                "kenapa sih emangnya sama tuh cowo sar?"
                "jadi gue kemaren gak sengaja ketemu dia lagi ray, ya ampun... sekarang dia makin ganteng aja deh, gue kayaknya makin cinta sama dia ray, betapa beruntungnya gue kalo bisa bersanding dengan dia di pelaminan nanti” dengan muka penuh harapan
                “ya ampun,,, segitunya kah?”
                “iya.. gue sayang banget sama dia raya, kan dia first love gue, bahkan sampe sekarang pun gue masih gak bisa buat ngelupain dia. Kemaren tuh rasanya pengen aja gue sapa dia , tapi gue gengsi. masa cewe yang nyapa duluan"
                "terus dia nyapa elo?"
                "engga sih?"
                "hahaha lagian ngapain sih elo gengsi segala, ahirnya nyesel kan sekarang? makanya kalo cinta bertindak cepat donk, awas loh nanti gue yang embat duluan" dengan tawa dan ledekanku ku tinggalkan sarah untuk melanjutkan lari ku lagi
                "hah?? awas aja loh, berani ngembat dia dari gue" aku menengok kebelakang kulihat sarah berlari mengejar ku sambil hendak melemparkan botol kosong bekas air mineral yang telah habis ditenggaknya kepadaku
aku pun asik melanjutkan lariku dengan tertawa terbahak-bahak seakan merasa puas melihat sahabatku begitu kesal karena ledekan dariku
                “raya tunggu” ku tengok lagi sarah yan hampir menyusulku dengan raut wajah kelelahan memintaku untuk berhenti
                “baru aja lari segitu udah cape lo sar, payah” ucap ku
                “elo gak tau sih, Gue tuh udah lari dari rumah gue kesini tadi demi biar elo gak marah gara-gara nungguin gue, huhh” di pukulnya dengan pelan botol kosong bekas air mineral di atas kepalaku
                “hahaha iya-iya deh” dengan ku balas pukulan sarah menggunakan handuk yang aku pegangi sejak tadi
                “eh ray.. kayak nya kita udah lama banget yah ngejomblo?” ucap sarah sambil membuang botol bekas air mineralnya
                “terus kenapa? Gue fine-fine aja tuh jadi jomblo, bahagia malah, soalnya gak ada yang kepoin hidup gue lagi haha” jawabku dengan mencoba menutupi isi hatiku yang sebenarnya sangat merindukan hadirnya cinta dalam hidupku
                “ah masa? Jangan muna deh lo, gue aja bosen ngejomblo terus-terusan” dicubitnya pipi kiriku dengan pelan “emm… gimana kalo kita taruhan , siapa diantara kita yang lebih dulu dapet cowo dia yg menang”
                “hah? terus hadiahnya apa?”
                “terserah… yang menang berhak meminta apapun dari yang kalah, gimana? Berani gak elo ray?”tantang sarah dengan nada sombongnya
                “berani dong… siapa takut” jawabku dengan tidak kalah sombong
                “oke kalo gitu kita deal ya?” dengan semangat sarah melanjutkan lari nya dengan perasaan begitu yakin dialah yang akan memenangkan taruhan itu.
                                                                                                ***
 tidak ada yang spesial dengan kehidupanku, setiap hari berangkat dan pulang kuliah rumahku selalu sepi bahkan hari minggu pun tetap sama karena kedua orang tua ku yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka,
                "sarah..." panggil ku di telephon
                "iya ray? kenapa?"
                "elo diamana? jalan yuk.. bete nih"
                "jalan? sekarang?" jawab sarah ragu
                "iya sekarang.. kenapa? elo gak bisa yah?"
                "emm... gimana yah? oke deh tapi elo jemput gue yah. mobil gue lagi dipinjem sama nyokab ray"
                "gampang.. yaudah gue siap-siap dulu ya sar, daaahh…."
                "daaahh..." mematikan telephon
aku dan sarah pergi ke cafe yang biasa kita datangi, disini kita selalu menghabiskan wakut bersama, untuk mencari hiburan dan sekedar untuk melepas lelah setelah shopping seharian.
sesaat setelah aku menduduki slah satu kursi di cafe itu tiba-tiba aku teringat bahwa handphon ku masih tertinggal di mobil
                "sar bentar yah.. gue balik ke mobil dulu handphon gue ketinggalan nih" sambil ku rogoh kunci mobil yang ada di dalam tas
                "yaudah, jangan lama-lama ya"
                "iya" lalu ku tinggalkan sarah untuk segera menuju parkiran tempat mobilku berada
sesaat setelah aku telah menggenggam handphonku dan berniat untuk kembali ke dalam cafe tak sengaja ku lihat seorang pria berwajah tampan berpenampilan keren dengan kemeja, dasi dan jasnya yang begitu rapi baru saja menuruni mobilnya, sekilas melihat semua orang pun akan segera mengetahui kalau dia adalah pengusaha muda tampan dan mapan.
aku tertegun melihatnya seakan terpukau oleh pesona dan ketampanannya,
                "ya tuhan... tampan sekali " aku tersadar dan teringat akan tantangan yang sarah berikan tadi pagi lalu ku coba memutar fikiran agar dapat berkenalan dengannya “ini sih sambil menyelam minum air namanya.. thanks god” kataku
lalu aku berencana berpura-pura kehilangan dompet dan meminta dia untuk menolongku mencarikannya,  jaman sekarang cowo gentle itu tidak akan segan-segan untuk mengulurkan tangannya. pendapatku.
aku bercermin di kaca spion mobilku sebentar untuk memastikan wajahku masih dalam keadaan cantik, dan mulai menjalankan rencanaku.
                "aduhh.... dimana yaah?” sengaja ku keraskan suara ku dan berjalan dekat kearahnya "kok bisa ilang sih" aku berpura-pura mencari-cari tahu di bawah kolong-kolong mobil
                "maaf, ada yang bisa saya bantu?" pria itu menghampiriku dengan senyuman hangat, betapa senang rasanya saat rencanaku berjalan sesuai keinginanku
                "emm.... aku lagi nyari dompet aku yang jatuh kayaknya sih jatuh disekitar sini, emm… kamu lihat gak?" jawabku dengan memasang muka memelas.
                "umm.. aku baru aja dateng dan baru mau masuk ke cafe jadi gak lihat tuh, tapi aku bantu cari ya" pria itu pun berjalan menyusuri area parkir dan terus mencoba mencari dompet yang sebenarnya tidak benar-benar hilang itu.
dia kembali kearahku dengan wajah penuh sesal,
                "gak ketemu ya mas?" tanya ku dengan muka berharap
                "enggak , maaf yah"
                "heemm... gak papa deh , makasih yah mas udah mau bantuin aku" kuberi dia senyuman ku yang paling manis
                " iya sama-sama , tapi jangan panggil mas donk, emang nya mas-mas tukang bakso" kita pun tertawa bersama
                "terus aku harus panggil apa dong?"
                "panggil aja marcho, nama kamu?" marcho menyodorkan tangannya
                "aku raya," ku sambut tangannya dengan jabatan hangat tanganku "emm,,, sekali lagi trimakasih ya marcho udah bantuin aku tadi, gimana kalo aku traktir kamu makan?"
                "eh gak usah, aku iklas ko bantuin raya, lagian juga kan dompetnya ilang? Mau traktir pake apa?"
                "aduhhh… “ aku terkaget “ iya juga sih, ahh dasar bodoh” *dalam hati
“emm… maksudnya besok, hehe iya besok ,gak papa kan? ,mau donk, mau yah please..." aku memohon dengan muka manja
                "emm ,, oke deh … tapi kayaknya aku harus pergi sekarang nih ray” melihat jam ditangannya  “soalnya lagi ada janji sama client  sebentar lagi"
“yaudah kalo gituh, besok kita ketemu jam berapa? Dimana kamu mau nya?
“disini aja yah. jam 03.00 sore, gimna? ini kartu nama aku nanti kamu miscall nomer hp kamu yah soalnya aku lagi buru-buru sekarang, takut client aku udah nunggu lama" dilihatnya lagi jam ditangannya
                "okehh " ku lihatnya pergi bergegas memasuki mobilnya untuk segera menemui clientnya,
fikirku "mnegapa dia datang kesini tetapi menemui clientnya di tempat lain?
Emm..  Mungkin saja dia hanya berniat untuk makan siang diisini tapi aku telah merusak jam makan siangnya dengan membuat dia membantuku mencari dompet yang sebenarnya tidak benar-benar hilang itu,
ah... tapi siapa peduli, yang penting aku bisa berkenalan dan berhasil membuat pertemuan kedua dengannya, sedikit langkah lagi aku telah memenangkan taruhan ku dengan sarah, haha senangnya…”
tak lama baru ku ingat sarah yang masih berada di dalam cafe,
bergegas aku berlari memasuki cafe memastikan sarah tidak pulang meninggalkanku dan marah karena ku tinggalkan begitu lama duduk di dalam cafe sendirian.
"sar ... maaf yah gue lama, elo gak marah kan sar?"tanyaku khawatir
"kemana aja sih lo ray?, enggak kok ngapain juga gue marah sama lo, cuman gue bete aja, lo
tinggal sendiri, udah kayak kambing conge gue duduk disini sendirian" sambil terus menyedot sisa jus alpukatnya yang hampir habis
"iya maaf ,, tadi ada masalah sedikit tapi sekarang semua udah beres kok" aku sengaja tidak
menceritakan soal pertemuanku dengan marcho, karena aku tidak ingin sarah mencoba menyusul langkahku untuk memenangkan taruhannya.
                                 ***



Saat memasuki café Kulihat pria berparas tampan sedang duduk sendiri di meja paling ujung, sekilas aku pun dapat mengenalinya, dan ku hampiri untuk duduk satu meja dengannya.
                “hey… udah lama?” tanyaku dengan ramah
                “ehh raya, engga kok, baru aja “
                “emm…. Bagus deh kalo gituh , kamu mau pesen apa?”
                “kita langsung makan? Ga ngobrol-ngobrol dulu aja?”
                “ngobrolin apaan?” tiba-tiba jantungku berdegup kencang, saat ku tatap matanya ku rasa ada sesuatu yang berbeda. Entah apa.
                “apa aja, kan kemarin kita ga sempet ngobrol banyak”marcho tersenyum manis.
                ya tuhan,, senyumannya semakin membuat jantungku berdebar-debar,
kami pun mengobrol dengan asiknya, dan marcho menceritakan semua tentang keluarganya, teman-temannya dan semua kisah cintanya sebelumnya, seakan telah lama mengenal diriku, tanpa ragu, tanpa takut dia telah membagi semua keluh kesahnya selama ini kepadaku yang baru dia kenal.
Dan sejak pertemuan kedua kami itu kami berdua menjadi semakin dekat, semakin sering bertemu, dan membuatku lupa soal taruhan ku dengan sarah dan mulai menikmati kedekatan ku dengan marcho.
sampai suatu ketika marcho mengungkapkan semua perasaannya kepadaku, dan akupun tidak mampu untuk menolak cintanya karena aku sangat mengaagumi dia sekarang dan benar-benar ingin menjadi seseorang yang pantas disisihnya.

                “sekarang elo harus lakuin apa yang gue mau sar” teriakku dari belakang sambil berlari
menghampiri sarah yang baru saja memasuki lorong kampus,
                “ha?? Maksud lo?” sara menengok dengan muka kebingungan
                “gue baru jadian donk. Hihihi” ku pasang muka berseri-seri dengan setengah meledek
                “aaa… sama siapa? Curang lo ga bilang-bilang kalo lagi pedekatean, gue kira elo udah lupa sama taruahan kita” jawab sarah dengan muka kesal dan kecewa
                “ahahaha iya-iya sorry, kan gue bergerak cepat dan sembunyi-sembunyi biar gak ketahuan sama tentara sekutu” candaku
                “ahh nyebelin lo, elo kira pejuang proklamasi apa?” sarah cemberut
                “iya-iya cup cup cup.. jangan cemberut  gitu donk sayang,, kan aku udah menang, seharusnya kamu sebagai sahabatku juga turut bahagia, ya gak?” kucubit pipi sarah sambil setengah tertawa.
                “yaudah, kenalin dulu gue sama cowo lo baru gue percaya”
                “oke., siapa takut, nanti dia jemput gue kok.”
                “yaudah, awas lo kalo bohong” kami pun memasuki kelas dan memulai pelajaran yang sangat membosankan
Ahirnya semua mata kuliah hari ini pun usai, ku lihat jam di handphon ku masih menunjukkan pukul 03.00 sore,tetapi sosok marcho masih belum terlihat.
                “woy… mana cowo lo?” sarah memukul pundakku dan membuatku terkaget
                “aduhh…. Kaget gue sar, biasa aja donk, jangan sirik gituh” ku ledek sarah sambil tertawa
                “huu…. Siapa juga yang sirik, mana? Jadi jemput gak sih dia?
                “iya sabar.. gue yang mau dijemput kok elo yang gelisah”
                “hehe kan gue Cuma mau memastikan, elo beneran apa engga”
                “ya bener lah.. sejak kapan gue suka ngarang-ngarang cerita sarah?” dengan muka setengah kesal

                “RAYA…” terdengar seseoarng berteriak memanggil namaku
                “nah itu dia pacar gue, ganteng banget kan?” ku tunjuk seoarng pria tampan berdiri tepat didepan mobil sport merah.
raut wajah sarah yang tadinya kesal dan penasaran berubah menjadi sangat bersedih, hancur dan putus asa
                “ i,,itu pacar lo?”
                “iya, marcho namanya, kenapa sar? Kok kaget? Ganteng banget ya? Jangan bilang elo naksir juga” ledekku tanpa menyadari perasaan sedih di muka sahabatku itu
                “eng… engga , gak papa , selamet ya… gue duluan kalo gituh , daaah..” dengan bergegas sarah langsung pergi dan menghapus air matanya tanpa terlihat sedikitpun olehku dan aku berjalan menghampiri marcho
                “itu tadi siapa sayang? Temen kamu?”
                “iya, dia sahabat baik aku yang,. Kenapa?
                “kayaknya aku pernah ketemu” marcho membukakan pintu mobilnya untukku
                “ketemu? Dimana ?”
                “ohh iya … dia itu adek kelas aku waktu SMP sayang, dulu salah satu temen dia dikelas pernah ada yang bilang sama aku kalau dia suka sama aku yang,, tapi aku sih gak percaya,” marcho mulai menjalankan mobilnya.
aku termenung sebentar, *dlm hati “SMP? Apa dia marcho yang selama ini sarah maksud? First love dia? Ya tuhan… gue udah ngehancurin hati sahabat baik gue,” aku menangis sejadinya
                “sayang.. kamu kenapa?” marcho dengan kaget langsung menghentikan mobilnya “apa kamu sakit? Yang.. jawab donk” tanya marcho dengan begitu khawatir
aku tetap terdiam dan menangis tanpa mengucapkan sepatah kata pun, kemudian marcho memelukku, dan meletakkan kepalaku dipundaknya, dielusnya rambutku dengan halus dan penuh cinta,
                “sayang…. Kamu kalo ada apa-apa cerita sama aku, aku ini pacar kamu, tenang aja kamu gak usah takut” kata-kata marcho membuat ku sedikit tenang dan mampu berhenti menangis
                “emm… aku mau nanya sama kamu, tapi kamu jangan marah ya? Kamu jawab yang jujur”
                “iya, kamu mau tanya apa yang?”
                “kalo aku suruh kamu pacaran sama cewe lain? kamu mau?” tanyaku dengan hati yang sangat tidak rela, ingin rasanya ku tampar mukaku saat berkata seperti itu.
                “maksud kamu? Kamu mau kita putus? Gak sayang lagi sama aku?” tanya marcho dengan sangat kecewa
                “engga sayang bukan gituh, kamu tahu? Sarah, sahabat aku yang kamu lihat tadi, dia sayang dan cinta banget sama kamu, kamu itu first love dia. sampe sekarang pun dia masih sangat sayang sama kamu marcho, dan aku baru menyadari semuanya itu sekarang!!” jawabku dengan kembali meneteskan air mata.
                “terus ? mentang-mentang dia sahabat kamu terus kamu suruh aku ngorbanin perasaan aku dan kamu demi dia,? Gituh?” tanya marcho dengan nada marah
                “terus aku harus gimana sekarang cho? aku sayang banget sama kalian berdua, dan sedikit pun aku gak mau nyakitin hati siapapun terutama kalian” marcho kembali memelukku dengan lebih erat
                “aku gak akan jadi pacar siapapun setelah kamu, aku janji. Jadi terserah kamu mau kita tetep sama-sama atau ngelihat aku bakalan sendiri selamanya, mungkin aku memang bukan ditakdirkan untuk sahabat kamu”.
                                        ***

Pagi ini aku sengaja berangkat sendiri kekampus tanpa marcho, ku coba menemui sarah setelah lima hari aku bolos kuliah hanya untuk memikirkan jalan keluar dari semua ini.
                “sarah..” ku panggil sarah yang tengah menyedot jus alpukatnya di meja kantin
                “eh,, kemana aja lo ray? Gue kira sakit, telephon gue juga gak pernah lo angkat?, jadi gimana taruhan kita? Hemm… gue siap deh disuruh apa aja sama elo ray” sarah bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, tapi aku tahu apa yang sebenarnya dia sembunyikan dibalik senyumannya itu.
                “sar… maafin gue ya?”
                “eh? Maafin kenapa ray?” sarah bertanya bingung
                “marcho,,, gue baru tau sar kalo ternyata dia itu cowo yg elo maksud selama ini”
                “oh itu” sarah meneteskan air matanya yang telah ia tahan sejak tadi “gak papa kok ray, mungkin marcho emang bukan buat gue, elo tolong jangan pernah sakitin dia ya, demi gue” sarah menangis sejadi-jadinya
                “sarah .. maafin gue,” aku pun menangis dan ku peluk tubuh sarah ” elo boleh kok nyuruh gue buat ninggalin dia, atau comblangin dia buat elo,terserah.. elo itu sahabat gue, apapun milik gue elo juga bisa milikin kok”
                “enggak ray,, gak semua milik lo, dan gue udah belajar buat iklasin dia sekarang, gue percaya tuhan itu maha adil dan dia pasti akan mempertemukan gue dengan orang yang lebih baik dari marcho dan yang pantas buat gue, elo gak perlu ngorbanin apapun raya, gue bahagia kok kalo elo juga bahagia, dan gue gak bakalan bisa bahagia kalo gue harus tertawa saat sahabat terbaik gue menderita, okeh…” dihapusnya sairmata dipipiku. Kemudan kupeluk sarah dengan erat seakan tidak mau melepaskannya.
                “makasih sarah.. gue sayang banget sama lo, dan gue sangat bersyukur tuhan udah ngasih sahabat sesempurna elo buat gue”
                “iya raya, gue juga”
Persahabatanku dan sarah masih tetap utuh dan hubungan ku dengan marcho pun semakin erat,
                “terima kasih tuhan, di kala aku tidak punya orang tua yang selalu ada untukku dan seakan tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari mereka lagi, engkau menurunkan dua malaikat sempurna yang memberikan seluruh warna terindah dalam kehidupanku yang menjadi terasa begitu indah kini.”

persahabatan kita


30 september 2012 . aku teringat saat aku mulai memasuki bangku SMP masih dengan raut muka polos, sikap yang masih luguh, dan kata-kata yang masih sangat cupu,
siapa sangka dengan pribadi seperti itu aku malah menemukan kalian,
hari-hari yang tampak luar biasa bersama sahabat-sahabat ku disana, Y2'n'RS itu nama geng ku dulu, kita selalu bersama-sama kemanapun kita pergi, berangkat ke sekolah, ke kantin, ke mall, bahkan selalu bersama-sama dalam satu kamar mandi *kadang, semua orang menilai kami berempat sangatlah dekat dan tidak terpisahkan, namun siapa sangka JANUARI 2009 aku lupa tepatnya tanggal berapa persahabatan kami mulai retak, itu semua karena ke egoisanku semata, karena aku yang masih belum bisa mengendalikan sifat manja dan jiwa kekanak-kanakan ku
dan aku sangat menyesali semua itu dulu, namun tiga bulan kemudian kami mulai berani saling menegor dan meminta maaf dan semuanya pun kembali, persahabatan terjalin lagi, tapi pastinya tidak sehangat dulu, seindah, dan sedekat dulu,
tibalah saat-saat perpisahan sekolah, kami berempat melanjutkan di empat sekolah mengah atas yang berbeda, namun dengan jarak yang semakin merenggang itu siapa sangka persahabatan kami mulai terjalin lebih indah dari sebelumnya dulu, lebih harmonis dan bisa saling memahami dan mampu untuk menyempatkan diri untuk sekedar bertemu sebentar dan bercerita apa saja yang kami alami hari ini, indah... sangat indah.. aku menangis mereka menangis , aku tertawa mereka pun sama, kami saling menyayangi layaknya saudara se-ayah se-ibu,
tiba saatnya kini kita harus berpisah kembali untuk kemudian melanjutkan di universitas,
dan saling berpindah kota, aku sedih , semua sedih, kita menangis, tapi inilah yang seharusnya terjadi, perpisahan memang akan selalu menyelimuti ahir  dari sebuah pertemuan, termasuk pertemuan persahabatan kita yang telah 6 tahun terjalin sempurna, dengan segala tawa canda dan duka.
besok 31 september 2012 aku mulai memasuki kegiatan pra ospek di kampus baru ku,
aku ingin di tempatku menuntut ilmu yang baru ini aku akan menemukan orang-orang seperti kalian lagi disini, tidak perlu menggantikan kalian, karena kalian tidak akan pernah tergantikan, hanya sahabat yang akan selalu membuatku tidak akan pernah melupakan kalian sampai kita akan dipertemukan kembali suatu hari nanti, di puncak kesuksesan kita bersama :,)
Get Gifs at CodemySpace.com